7 Hal Yang Harus Dipersiapkan Ketika Traveling



Hai Ttravelers... hari libur mungkin belum tiba. Namun, dibenak kalian terdapat angan-angan ingin traveling ke berbagai tempat. Mulai dari tempat wisata yang lokal sampai yang mancanegara. Nah, mumpung musim liburan belum tiba, kalian bisa nih baca dulu hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk traveling.

1. Bawa Uang atau Dokumen

Image by : pasportonline.com

Uang menjadi langkah awal yang harus dipersiapkan. Kalian harus memiliki cadangan uang tunai untuk berjaga-jaga bila suatu saat nanti tidak di temukan mesin ATM. Namun, bagi kalian yang ingin traveling ke luar negeri jangan sampai lupa ya untuk menukarkan uang kalian di bank. Karena ini penting sekali lho, Sobat Traveler. 

Jangan anggap remeh dokumen lho ya. Kalian juga harus mempersiapkan dokumen penting sebelum berangkat traveling. Seperti : pasport, KTP, dan visa bagi kalian yang ingin traveling ke luar negeri. Dan, tiket transportasi, bukti reservasi hotel bagi kalian yang ingin traveling di dalam negeri.

2. Obat-obatan

                                     Image by : google



Duh, bagi sebagian besar orang traveling identik dengan mabuk perjalanan ya, Sobat. Nah, untuk mengantisipasi kejadian hal-hal yang tidak di inginkan, kalian juga harus mempersiapkan berbagai macam obat. Seperti : obat anti mabuk perjalanan, obat demam untuk berjaga-jaga bila suhu udara tidak sesuai kekebalan tubuh, obat pusing, luka, dan lain sebagainya.

3. Tas Traveling

                        Image by : Pixaby.com




Untuk tas traveling kalian bisa menyesuaikan dengan barang-barang yang ingin kalian gunakan. Berikut, beberapa tas travel yang sesuai dengan kebutuhan :
  • Koper : digunakan ketika kalian hendak membawa barang-barang yang banyak.
  • Ransel : digunakan ketika kalian ingin membawa barang yang agak sedikit. Tas ini lebih cocok digunakan bagi kalian yang ingin traveling mendaki gunung.
  • Waist bag/belt bag : meskipun bentuknya yang kecil, tas pinggang yang ini bisa di gunakan untuk traveling, khusus bagi sebagian orang yang tidak suka ribet ya, Sobat. Fungsi dari tas ini adalah untuk menyimpan barang-barang yang penting. Misalnya : dompet, HP, dan kunci. 
  • Travel bag sets : adalah tas traveling yang terdiri dari 5 sampai 6 tas dengan varian ukuran dari yang terbesar hingga yang terkecil. Tas ini bisa di gunakan untuk memisahkan barang bawaan sesuai dengan jenisnya.
  • Sling bag : tas slempang yang  efektif digunakan ketika berpegian untuk jarak yang tidak terlalu jauh.
Kemudian, untuk penempatan barang-barang seperti pakaian kalian juga harus menatanya dengan cara yang tepat. Langkah yang tepat untuk melipat pakaian adalah lipat seperti pakaian biasa, kemudian gulung. Hal ini agar pakaian kalian tidak mudah kusut dan lebih rapi tentunya ya, Sobat.

4. Kamera
                                Image by : google


Bukan hal aneh di jaman masa kini bila melakukan traveling harus pula membawa kamera. Yah! Kamera. Menjadi barang yang wajib di bawa ketika traveling. Bagi sebagian masyarakat di era modern seperti ini, kamera di gunakan untuk mengabadikan moment penting ketika traveling. Bahkan, traveling hanya di gunakan untuk mencari spot foto bagus.

5. Perlengkapan Ibadah

                                  Image by : google


Bagi sebagian besar umat islam, membawa perlengkapan ibadah sangat di perlukan. Karena, untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan. Misalny : sulit menemukan tempat ibadah.

6. Perlengkapan sanitasi

                                                 Imge by : Google


Traveling pasti sangat melelahkan ya, Sobat. Apalagi di setiap waktu kita harus berjalan kesana kemari untuk menikmati pemandangan yang ada. Maka dari itu, perlengkapan sanitasi juga perlu di persiapkan, seperti : sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan lain-lain.

7. Charger 

                              Image by : Pinterest.com

Alat yang satu ini sangat dibutuhkan bagi para traveling di jaman modern seperti ini. Gadget menjadi seolah menjadi titik pusat seluruh dunia. Taka heran, bila harus mempersiapkan charger untuk mengisi baterai gadget ketika tidak di temukan sambungan listrik.

Nah, itulah ke tujuh hal penting yang perlu di persiapkan ketika ingin traveling. Semoga bermanfaat dan perjalanan kalian menyenangkan ya, Sobat.

Surat Terakhir dari Bapak




Jakarta, 2005
Aku memandang senja yang sama. Namun, ada sesuatu yang kosong. Ialah cerita hidupku yang kosong tanpanya. Sudah lebih dari lima tahun aku disini. Di kota ini. Ibukota yang terkenal akan penuh sesaknya kendaraan. Yang terkenal akan begitu penuhnya polusi udara. Dan deru bisingnya kendaraan yang tiada habisnya.

Kupandang langit. Terdapat pesawat terbang diangkasa. Sejenak, pikiranku melalang buana. Tepatnya, disaat umurku telah sepuluh tahun.

Kampung, 1987
Pagi yang cerah. Hari ini sekolahku libur. Aku membantu Bapak ke sawah. Mengambil ikan di aliran air di sela-sela tanggul sawah. Udara masih sejuk, damai dan tentram. Padinya mulai berwarna kuning keemasan. Siap untuk di panen. Namun, itu bukan punya Bapakku.

“Itu Pak, ikannya. Besar-besar,” ucapku sambil menunjuk ke arah ikan yang ada di air. Itu adalah ikan bethik. Ikan yang memang selalu ada di musim hujan saat ini.

Kemudian, aku dan bapak mengambil jaring untuk menangkap ikan. Mamasangnya diantara kedua sisi yang airnya mengalir.  Tak butuh waktu lama, ikannya pun mulai menyangkut di jaring kami. Aku berseru senang, “Yey! Hari ini makan ikan!”

“Iya Nak, hari ini kita makan ikan,” ucap Bapak sambil mengusap kepalaku.
Hari semakin siang. Terik matahari mulai menyengat tubuh. Aku dan bapak berangsur meninggalkan sawah.

“Pak, Adit capek,” ucapku merengek pada Bapak.

“Yaudah, istirahat dulu Nak.”

Kamipun istirahat di gubuk bambu di tengah sawah. Aku mulai memandang langit. Masih cerah. Tak bosan aku memandang. Karena, aku suka sekali memandang langit yang berwarna biru. Aku sering bertanya pada Bapak, “Pak, kenapa langit bisa ada di atas? Dan kenapa, langit tidak jatuh?” jawabannya sederhana, “itu adalah kuasa Gusti Allah Nak. Semua kehidupan ini yang mengatur adalah Gusti Allah.” Selalu, aku mempertanyakan hal itu pada Bapak saat usiaku 8 tahun.

“Pak, ada pesawat terbang!”Ucapku berseru riang.

“Mana Nak?”

“Itu Pak,” jawabku sambil menunjuk langit. Tepatnya, dimana pesawat  itu terbang.

“Pak, Adit pengin menjadi pilot. Supaya bisa membawa Bapak dan Emak keliling dunia,” ucapku polos pada Bapak.

“Iya. Sekolah yang rajin ya Nak,” ucapnya. Jeda beberapa detik, Bapak melanjutkan, “Nak, tak perlu kau membawa Bapak dan Emak keliling dunia. Karena, Bapak dan Emak hanya ingin ke Tanah Suci,” ucapnya dengan nada bergetar sambil mengusap kepalaku.

Dalam hati aku bertekad, untuk membawa Bapak dan Emak ke Tanah Suci.

***

Jakarta, 2005

Angin menerpa wajahku. Suara lantunan ayat suci Al-Qur’an menyadarkanku dari kenangan masa lalu yang sangat kurindukan.

Bapak, maafkan Aku.

Aku bergegas menuju Masjid Ar Rahman, dekat dengan rumahku. Hanya butuh waktu 10 menit untuk dapat sampai ke sana.

“Emak?” ucapku kaget. Bergegas aku menghampirinya.

“Kenapa Emak keluar? Kan masih sakit. Kata dokter di suruh untuk istirahat dulu,” tanyaku dengan nada khawatir.

“Emak ingin sholat di Masjid. Sudah lama Emak tidak sholat di sana,” ucapnya.

Aku terharu dengan pernyataan Emak. “Tapi kan Emak lagi sakit. Kita sholat di rumah saja. Berjamaah, bersama Adit,” Emak pun mengangguk; setuju.

***

Kampung, 2000-2002

“Adit pergi dulu ya Pak. Do’akan Adit,” ijinku pada Bapak untuk melanjutkan pendidikanku di Semarang. Aku berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan gratis dari pemerintah karena nilaiku yang memuaskan. Meskipun, cita-citaku yang ingin menjadi pilot tidak bisa aku capai namun, aku bersyukur karena Gusti Allah memberiku jalan yang lain untuk melanjutkan pendidikan.

“Hati-hati ya Nak. Ojo lali sembahyang marang Gusti Allah,” ucapnya sambil mengusap kepalaku.

Hari berganti bulan. Dan bulan pun berganti tahun. Aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Kemudian mencari pekerjaan yang cocok di Ibukota. Dan, selama itulah setelah aku gajian sebagian uangku kusisihkan untuk kukirim ke Bapak. Dan sebagian yang lain untuk kutabung. Untuk memenuhi janjiku ke Bapak. Aku begitu semangat bekerja. Sampai-sampai selang dua tahun aku sudah menempati posisi yang selama ini di incar karyawan. Gajiku pun bertambah.
Surat dari tukang pos mulai berdatangan. Tertera disana tulisan Bapak. Kerjaanku semakin hari semakin menumpuk. Tak sempat kubaca satupun surat dari Bapak. Namun, aku masih mengirimkannya uang. Hingga hari itu tiba …

“Halo? Siapa ini?” ucapku kepada seseorang yang telah menghubungiku di tengah malam.

“Ini Bayu, Dit. Teman SMA mu dulu.”

“Oh, Bayu. Ada apa?”

“Bapakmu Dit, Bapakmu. Cepatlah pulang!”

“Bapakku kenapa!” hampir aku teriak.

“Bapakmu di rawat di rumah sakit. Ia sedang koma.”

Akupun bergegas untuk pulang. Menuju rumah sakit.

Bapak, maafkan Aku.

***

“Assalamu’alaikum waroh matullah”
“Assalamu’alaikum waroh matullah”
Ar Rahman. Ar Rahim. Tuhan semesta alam. Yang menguasai di hari pembalasan. Hamba hanyalah manusia yang hina lagi dzolim.

***

Terlambat. Mungkin kata itulah yang pantas untuk kugunakan saat ini. Aku terlambat untuk melihat Bapak. Melihat senyum Bapak. Melihat tawa Bapak. Dan merasakan usapan tangan Bapak di kepalaku. Kemudian mengajaknya ke Tanah Suci.

Kulihat, jenazah Bapak sudah terkubur. Tanahnya pun masih basah dengan bunga yang masih segar. Aku berulang kali mencium nisan Bapak. Kemudian mendo’akannya.

***

Setelah 40 hari menignggalnya Bapak. Akupun kemudian membawa Emak ke Ibukota untuk tinggal bersamaku. Suasana duka masih menyelimuti hati kami. Selah sampai dan berbincang dengan Emak, kuputuskan untuk ke kamar. Kulihat, surat tulisan Bapak masih terbungkus rapi di meja kerjaku. Surat yang selama ini aku abaikan. Kubuka surat itu dengan perlahan.

Untuk Adit, Anakku tercinta
Bapak sangat merindukanmu. Kapan kamu pulang, Nak? Lebih dari seribu hari Bapak tak melihat wajahmu. Melihat senyum indahmu. Bapak rindu.
Bapak tak butuh harta darimu. Bapak pula tak menagih keinginan Bapak yang dahulu. Bapak hanya ingin kamu pulang. Menangkap ikan bersama atau duduk digubuk sambil memandang langit dan melihat pesawat terbang melintas. Dengan berbagai macam pertanyaanmu yang kau tujukan pada Bapak. Hanya itu. Pulanglah…

Aku meneteskan air mata saat membaca surat terakhir dari Bapak.

Maafkan anakmu pak.

Karena waktu tak selamanya sama. Tak ada yang abadi. Dan perlahan-lahan akan mati. 

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Mengenai Saya

Foto saya
Berasal dari keluarga yang biasa saja, pun bukan mahasiswa. Semua itu tak dapat menghentikan langkah saya untuk terus berbagi ilmu. Karena, sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi sesama. Dan saya, memulainya dari sini; menulis.

Pengikut